Selasa, 29 November 2016

pengajaran berdasarkan masalah



BAB 5
PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH
(PROBLEM BASED INTRODUCTION)

A.     RUANG LINGKUP PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

1.    Masalah pembelajaran
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada subje didk dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air kedalam sebah gelas(Rampengan 1993:1). Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tapi terletak pada bagaimana konsp itu dipahami oleh subjek didik. Pentingya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat memengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terjadi belajar yang bermaknya dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelaspada subjek didik.
Kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebutjika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi, bahkan para siswa kurang mampumenentukan masalah dan merumuskanya. Berbicara mengenai proses pembelajaran dan pengajaran yang sering membuat kita kecewa, apalagi dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Walupun demikian, kita menyadari bahwa ada iswa yang memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diiterimanya, namun kenyataan mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut (Depdiknas 2002: 1). Pemahaman yang dimaksud niadalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuan untuk mengunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian siswa kurang mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru.
Menurut Arends(1997: 243) : “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect students to slove problems yet seldom teach then about problem solving,”yang berarti dalam belajar guru selalu menurut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntun siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masslah..
Persoalan sekatang adalah bagaimana menemukancara yang terbaik untuk menyampaikan beberapa konsep yang dianjurkan sehingga sisw dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat berkomunikasi bbaik dengan siswnya. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkan dengan kehidupan nyata. Bagaimana sebagai guru  yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah (problem solving).
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Misalnya, suatu fenomena alam, menggapa tongkat kelihatan seolah-olha patah saat dimasukkan kedalam air? Mengapa uang lugam yang diletakkan di dalam sebuah gelas kosong jika dilihat pada posisi tertentu tidak kelihatan tetapi saat diisi air menjadi kelihatan? Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bkan sekedar menghafal konsep.
Meminjam pendapat bruner (dalam Dahar 1988:125), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan maslah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang bear benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu ppengalaman kongkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makana tersendiri bagi peserta didik.

2.    Istilah dan pengertian

Istilah pengajaran berdasarkan masalah(PBM) diadopsi dari istilah inggris problem based intructrion (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi maslah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisa serta dicari pemecahanya dengan baik. Pengalaman siswa yang dipperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siiswa untuk memproses informasi yang  sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002:123).
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah diseakati oleh siswa dan guru. Ketika guru seang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaianya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan maslah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan ketermpilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
            Menurut Arends (1997), pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandiririan,  dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seprti “:pembelajaran berdasarkan proyek (project based intstruction) ,” “pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based introduction)”, “belajar autentik (authentic learning)” dan “ pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan (anchored instruction)” (Ibrahim dan Nur, 2000: 2).

3.    Ciri-ciri khusus pengajaran berdasarkan masalah

Menurut Arends (2001: 349), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah emberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, & Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992, 1994; Cognition & technology Group at Vanderbilt, 1990).
1)    Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukanya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan maslah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi ini.

2)    Berfokus pada ketrkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu social), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahanya, siswa meninjau itu dari banyak mata pelajran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan pada pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.

3)    Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadapmasalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan embuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlakukan), membuat interfensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.

4)    Menghasilkan produk dan memamerkanya. Pembelajaran berdaskan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa traskrip debat seperti pada pelajaran “Roots and Wings”. Produk itu dapat juga berupalaporan, model fisik, video maupun program computer. Karya nyata dan peagaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temanya yang laintentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisonal atau makaah.

5)    Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sam satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam keompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan ketrampilan social dan ketrampilan berpikir.

4.    Tujuan pengajaran berdasarkan masalah

Di depan telah disebutkan, bahwa cici-ciri utama pembelajaran berdasarkan msalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerja sama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah telah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasrakan masalah memiliki tujuan:
1)    Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah.
2)    Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3)    Menjadi pembelajar yang mandiri.

a.    Keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan msalah
Berbagai ide telah digunakan untuk memerikan cara seseorang berfikir, tetapi apa sebenarnya yang disebut dengan berfikir itu? Secara sederhana berpikir didefinisikan sebagai proses yang melibatkan operasi mental seperti penalaran. Tetapi berpikir juga diartikan sebagai kemampuan untuk memnganalisa, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar  kepada inferensi atau pertimbangan yang seksama.
PBI memberikan dorongankepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat kongkrit, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI meatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Hakikat kekomplekan dan konteks dari ketrampilan berpikir tingkat tinggi tidk dapat diajarkan menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan ketrampilan yang lebih konkret, tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah(problem solving) oleh peserta didik sendiri.

b.    Belajar peraranan orang dewasa yang autentik
Menurut Resnick (dalam Ibrahim dan Nur, 2000: 7), bahwa model pembelajaran berdasarkan maasalah amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran disekolah formal dengan aktifitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di liuar sekolah. Berdasarkan pendapat Resnick tersebut, maka PBI memiliki implikasi:
1)    Mendorong kerja sma dengan menyeesaikan tugas;
2)    Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa memahami peran orang yang diamati atau yang diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya);
3)    Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.

c.    Menjadi pembelajar yang mandiri
PBI berusaha membantu siswa menjadi pembeajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas itu secara mandiri dalam kehidupan kelak.

5.    Manfaat pengajaran berdasarkan masalah

Pengajaran berdasarka masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalahdikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan maslah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000: 7).
Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.
Selain manfaat, model pengajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan PBM  sebagai suatu model pembelajaran adalah: (1) realistic dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) Memupuk sifat inquiri siswa; (4) Retensi konsep jadi kuat; dan (5) Memupuk kemamppuan Iproblem solving.Selainn kelebihan tersebut PBM juga memiliki    beberapa kekurangan antara lain: (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) Sulitnya mencari problem yang relevan;(3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

6.    Sintaks pengajaran berdasarkan masalah

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dialkukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan maslah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dari guru memperkenlkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada table 5.1.
Menurut Ibrahim (2003: 15), didalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:
(1)  Mengajukan maslah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu maslah kehidupan nyata sehari-hari;
(2)  Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan;
(3)  Memfasilitasi dialog siswa; dan
(4)  Mendukung belajar siswa.







Tablel 5.1
Sintaks pengajaran berdasarkan masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logostik yang dibutuhkan, mengajukan fenimena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan maslah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan maslah yang terpilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siwa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk medefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan denga maslah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual mau pun kelompok


Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melksanakan eksperimen, untuk mendaparatkan penjelasan dan pemecahan maslah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan  menyiapkan karya yang sesuai seprti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas denga temanya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber:Ibrahim, dkk. (2000:10).


B. PELAKSANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

1.    TUGAS-TUGAS PERENCANAAN

Karena hakikat interaktifnya, model pengajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainya.
a.    Penetapan tujuan
Model pengajaran berdasakan masalah dirancang utuk mencpai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa mwnjadi pemelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaan pemelajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mecapai yujuan-tujuan tersebut.
b.    Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pengarajaran berdasarkan masalah lebuih suka memberi kesematan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motifasi siswa. Situsi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna badi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
c.    Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam materi dan peralatan, dan dalam pelaksanaanya dapat dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium, bahkan dapat pua dilakukan di luar sekolah. Oleh kaena itu, tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utuma bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
2.    Tugas unteraktif

a.    Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumblah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap maslah-masalah pentig dan untuk menjadi pemelajar yang mandiri. Cara yang baika dalam menyajikan masalah untuk suatu materi  pelajaran dalam pemelajaran berdasarkan masalah adalah dengan mengunakan kejadiaan yang mencenggangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b.    Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada model pengajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilankerja sama diantara siswa dan saling membanu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa kedalam kelompok pengajaran berdasarkan masalah.
c.    Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Ø  Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidikyang aktif dan dapat mengunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar.
Ø  Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat peting daam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berdasarkan masalah. Selama dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa menggangu aktivitas siswa.
Ø  Puncak proyek-proyek pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah pencintaan dan peragaan artefak sepeti laporan, poster, model-model fisik, dan videotape.

d.    Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugasguru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

3.    Lingkungan belajar dan tugas-tuas manajemen

Hal penting yng harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pemelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
            Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dan pengelolaan pemelajaran yang mengunakan modl pengajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlmambat. Dengan kata lain, kecepatan penyelesaian tiap individu maupun kelomok berbeda-beda. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut berakibat diperlaukanya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
            Dalam model pengajaran berdasarkan masalah, guru sering menggunakan bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaanya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaanya, penyimpanan, dan pendistribusian bahan.
            Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyapaikan aturan, tata karma, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tungkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya melakukan penyelidikan di masyarakat.

4.    Assessment dan evaluasi

Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pegajaran berdasarkan masalah focus perhatian pembelajaran tidak ppada perolehan peengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaianya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pengajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas asessment dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternative yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaa siswa, misalnya dengan assessment kinerja dan peranan hasil. Asessment merumuskan pertanyaan, assessment merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya.

5.    Karakteristik
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.    Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan menghindari pembelajaran terisolasi.
2.    Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama.
3.    Menciptakan pembelajaran interdisiplin.
4.    Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia nyata dan pngalaman praktis.
5.    Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.
6.    Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari disekolah dalam kehidupanya yang panjang.
7.    Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).
8.    Guru berperan sebagai fasilitator, motifator, dan pembimbing.
9.    Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran.
10. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
11. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar