BAB 5
PENGAJARAN
BERDASARKAN MASALAH
(PROBLEM BASED INTRODUCTION)
A.
RUANG
LINGKUP PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH
1.
Masalah
pembelajaran
Banyak
kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada
penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada
subje didk dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali
kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui
satu arah seperti menuang air kedalam sebah gelas(Rampengan 1993:1). Tidak
dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun
bukan terletak pada konsep itu sendiri, tapi terletak pada bagaimana konsp itu
dipahami oleh subjek didik. Pentingya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar
sangat memengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk
itu yang terjadi belajar yang bermaknya dan tidak hanya seperti menuang air
dalam gelaspada subjek didik.
Kenyataan
dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep
tersebutjika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi, bahkan para siswa kurang mampumenentukan
masalah dan merumuskanya. Berbicara mengenai proses pembelajaran dan pengajaran
yang sering membuat kita kecewa, apalagi dikaitkan dengan pemahaman siswa
terhadap materi ajar. Walupun demikian, kita menyadari bahwa ada iswa yang
memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diiterimanya, namun
kenyataan mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam
pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut (Depdiknas 2002: 1). Pemahaman yang
dimaksud niadalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta
saling berkaitan dengan kemampuan untuk mengunakan pengetahuan tersebut dalam
situasi baru. Sebagian siswa kurang mampu menghubungkan apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan
pada situasi baru.
Menurut
Arends(1997: 243) : “it is strange that
we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect
students to slove problems yet seldom teach then about problem solving,”yang
berarti dalam belajar guru selalu menurut siswa untuk belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntun siswa
untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya
menyelesaikan masslah..
Persoalan
sekatang adalah bagaimana menemukancara yang terbaik untuk menyampaikan
beberapa konsep yang dianjurkan sehingga sisw dapat menggunakan dan mengingat
lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat berkomunikasi bbaik dengan
siswnya. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari
seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkan
dengan kehidupan nyata. Bagaimana sebagai guru
yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran yang
berkaitan dengan cara memecahkan masalah (problem
solving).
Model
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan yang nyata.
Misalnya,
suatu fenomena alam, menggapa tongkat kelihatan seolah-olha patah saat
dimasukkan kedalam air? Mengapa uang lugam yang diletakkan di dalam sebuah
gelas kosong jika dilihat pada posisi tertentu tidak kelihatan tetapi saat
diisi air menjadi kelihatan? Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan
secara nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bkan sekedar menghafal konsep.
Meminjam
pendapat bruner (dalam Dahar 1988:125), bahwa berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan maslah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan
yang bear benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk
mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu ppengalaman
kongkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan
masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makana tersendiri bagi
peserta didik.
2.
Istilah
dan pengertian
Istilah
pengajaran berdasarkan masalah(PBM) diadopsi dari istilah inggris problem based intructrion (PBI). Model
pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa
ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum
pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi
maslah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001:
19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi
masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisa serta dicari pemecahanya dengan baik. Pengalaman
siswa yang dipperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan
materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
belajarnya.
Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siiswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya
dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
(Ratumanan, 2002:123).
Pada
model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja
sama memecahkan suatu masalah yang telah diseakati oleh siswa dan guru. Ketika
guru seang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan
bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah berpikir kritis. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis.
Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang
penyelesaianya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan maslah
menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
ketermpilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Menurut Arends (1997), pengajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandiririan, dan
percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang
lain, seprti “:pembelajaran berdasarkan proyek (project based intstruction) ,” “pembelajaran berdasarkan pengalaman
(experience-based introduction)”, “belajar
autentik (authentic learning)” dan “ pembelajaran bermakna atau pembelajaran
berakar pada kehidupan (anchored
instruction)” (Ibrahim dan Nur, 2000: 2).
3.
Ciri-ciri
khusus pengajaran berdasarkan masalah
Menurut
Arends (2001: 349), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah
emberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik,
1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, & Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan,
& Wasik, 1992, 1994; Cognition & technology Group at Vanderbilt, 1990).
1) Pengajuan
pertanyaan atau masalah. Bukanya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip
atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan maslah
mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya
secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka
mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi ini.
2) Berfokus
pada ketrkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu
social), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahanya, siswa meninjau itu dari banyak mata pelajran. Sebagai contoh,
masalah polusi yang dimunculkan pada pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup
berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi,
sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.
3) Penyelidikan
autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadapmasalah nyata.
Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,
dan embuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlakukan), membuat interfensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah
barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah
yang sedang dipelajari.
4) Menghasilkan
produk dan memamerkanya. Pembelajaran berdaskan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Produk tersebut dapat berupa traskrip debat seperti pada pelajaran “Roots and Wings”. Produk itu dapat juga
berupalaporan, model fisik, video maupun program computer. Karya nyata dan
peagaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk
mendemonstrasikan kepada teman-temanya yang laintentang apa yang mereka
pelajari dan menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisonal
atau makaah.
5) Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sam satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam keompok kecil.
Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam
tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog
dan untuk mengembangkan ketrampilan social dan ketrampilan berpikir.
4.
Tujuan
pengajaran berdasarkan masalah
Di
depan telah disebutkan, bahwa cici-ciri utama pembelajaran berdasarkan msalah
adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan
antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerja sama, dan menghasilkan karya dan
peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah telah dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Berdasarkan
karakter tersebut, pembelajaran berdasrakan masalah memiliki tujuan:
1) Membantu
siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah.
2) Belajar
peranan orang dewasa yang autentik.
3) Menjadi
pembelajar yang mandiri.
a. Keterampilan
berpikir dan keterampilan pemecahan msalah
Berbagai
ide telah digunakan untuk memerikan cara seseorang berfikir, tetapi apa
sebenarnya yang disebut dengan berfikir itu? Secara sederhana berpikir
didefinisikan sebagai proses yang melibatkan operasi mental seperti penalaran.
Tetapi berpikir juga diartikan sebagai kemampuan untuk memnganalisa,
mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar
kepada inferensi atau pertimbangan yang seksama.
PBI
memberikan dorongankepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir
sesuai yang bersifat kongkrit, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide
yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI meatih kepada peserta didik
untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Hakikat
kekomplekan dan konteks dari ketrampilan berpikir tingkat tinggi tidk dapat
diajarkan menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan
ketrampilan yang lebih konkret, tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah(problem
solving) oleh peserta didik sendiri.
b. Belajar
peraranan orang dewasa yang autentik
Menurut
Resnick (dalam Ibrahim dan Nur, 2000: 7), bahwa model pembelajaran berdasarkan maasalah
amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran disekolah formal dengan
aktifitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di liuar sekolah. Berdasarkan
pendapat Resnick tersebut, maka PBI memiliki implikasi:
1) Mendorong
kerja sma dengan menyeesaikan tugas;
2) Memiliki
elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan
orang lain, sehingga secara bertahap siswa memahami peran orang yang diamati
atau yang diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya);
3) Melibatkan
siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.
c. Menjadi
pembelajar yang mandiri
PBI
berusaha membantu siswa menjadi pembeajar yang mandiri dan otonom. Dengan
bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh
mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas itu secara mandiri
dalam kehidupan kelak.
5.
Manfaat
pengajaran berdasarkan masalah
Pengajaran
berdasarka masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalahdikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan maslah, dan
keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom
dan mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000: 7).
Menurut
Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan
masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan
bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari
buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.
Selain
manfaat, model pengajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan PBM sebagai suatu
model pembelajaran adalah: (1) realistic dengan kehidupan siswa; (2) konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) Memupuk sifat inquiri siswa; (4) Retensi
konsep jadi kuat; dan (5) Memupuk kemamppuan Iproblem solving.Selainn kelebihan tersebut PBM juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: (1)
Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) Sulitnya
mencari problem yang relevan;(3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan
waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu
yang tersita untuk proses tersebut.
6.
Sintaks
pengajaran berdasarkan masalah
Sintaks
suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dialkukan oleh
guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan maslah terdiri
dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dari guru memperkenlkan siswa dengan
situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa.
Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada table 5.1.
Menurut
Ibrahim (2003: 15), didalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:
(1) Mengajukan
maslah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu maslah
kehidupan nyata sehari-hari;
(2) Memfasilitasi/membimbing
penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan;
(3) Memfasilitasi
dialog siswa; dan
(4) Mendukung
belajar siswa.
Tablel 5.1
Sintaks pengajaran berdasarkan masalah
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logostik yang dibutuhkan, mengajukan fenimena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan maslah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan maslah yang terpilih.
|
Tahap-2
Mengorganisasi siwa untuk belajar
|
Guru membantu siswa untuk
medefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan denga
maslah tersebut.
|
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual mau
pun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melksanakan eksperimen, untuk
mendaparatkan penjelasan dan pemecahan maslah.
|
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seprti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas denga temanya.
|
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
Sumber:Ibrahim, dkk.
(2000:10).
B. PELAKSANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN
MASALAH
1.
TUGAS-TUGAS
PERENCANAAN
Karena
hakikat interaktifnya, model pengajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak
perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa
lainya.
a. Penetapan
tujuan
Model
pengajaran berdasakan masalah dirancang utuk mencpai tujuan-tujuan seperti
keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa
mwnjadi pemelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaan pemelajaran berdasarkan
masalah bisa saja diarahkan untuk mecapai yujuan-tujuan tersebut.
b. Merancang
situasi masalah
Beberapa
guru dalam pengarajaran berdasarkan masalah lebuih suka memberi kesematan dan
keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena
cara ini dapat meningkatkan motifasi siswa. Situsi masalah yang baik seharusnya
autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat,
memungkinkan kerja sama, bermakna badi siswa, dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
c. Organisasi
sumber daya dan rencana logistik
Dalam
pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam materi
dan peralatan, dan dalam pelaksanaanya dapat dilakukan di dalam kelas, di
perpustakaan, atau di laboratorium, bahkan dapat pua dilakukan di luar sekolah.
Oleh kaena itu, tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan
untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utuma bagi
guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
2.
Tugas
unteraktif
a. Orientasi
siswa pada masalah
Siswa
perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumblah besar, tetapi untuk melakukan
penyelidikan terhadap maslah-masalah pentig dan untuk menjadi pemelajar yang
mandiri. Cara yang baika dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam pemelajaran berdasarkan
masalah adalah dengan mengunakan kejadiaan yang mencenggangkan dan menimbulkan
misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
b. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar.
Pada
model pengajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilankerja
sama diantara siswa dan saling membanu untuk menyelidiki masalah secara
bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok pengajaran berdasarkan masalah.
c.
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Ø Guru
membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan
untuk menjadi penyelidikyang aktif dan dapat mengunakan metode yang sesuai
untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana
etika penyelidikan yang benar.
Ø Guru
mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan
tersebut merupakan hal yang sangat peting daam tahap penyelidikan dalam rangka
pembelajaran berdasarkan masalah. Selama dalam tahap penyelidikan guru
memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa menggangu aktivitas siswa.
Ø Puncak
proyek-proyek pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah pencintaan dan
peragaan artefak sepeti laporan, poster, model-model fisik, dan videotape.
d. Analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugasguru
pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
3.
Lingkungan
belajar dan tugas-tuas manajemen
Hal
penting yng harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan
yang jelas agar supaya pemelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan,
dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga
perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah yang cukup rumit
bagi guru dan pengelolaan pemelajaran yang mengunakan modl pengajaran
berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun
kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlmambat.
Dengan kata lain, kecepatan penyelesaian tiap individu maupun kelomok
berbeda-beda. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan
untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas
tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut berakibat diperlaukanya pengelolaan
dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
Dalam model pengajaran berdasarkan
masalah, guru sering menggunakan bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya
dapat merepotkan guru dalam pengelolaanya. Oleh karena itu, untuk efektifitas
kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaanya,
penyimpanan, dan pendistribusian bahan.
Selain itu, yang tidak kalah
pentingnya, guru harus menyapaikan aturan, tata karma, dan sopan santun yang
jelas untuk mengendalikan tungkah laku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya melakukan penyelidikan di
masyarakat.
4.
Assessment
dan evaluasi
Seperti
halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pegajaran berdasarkan
masalah focus perhatian pembelajaran tidak ppada perolehan peengetahuan
deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaianya hanya
dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan model pengajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang
dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas
asessment dan evaluasi yang sesuai
untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan
prosedur penilaian alternative yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaa
siswa, misalnya dengan assessment
kinerja dan peranan hasil. Asessment merumuskan
pertanyaan, assessment merumuskan
sebuah hipotesis dan sebagainya.
5.
Karakteristik
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut:
1. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan
menghindari pembelajaran terisolasi.
2. Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama.
3. Menciptakan pembelajaran interdisiplin.
4. Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan
dunia nyata dan pngalaman praktis.
5. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.
6. Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang
mereka pelajari disekolah dalam kehidupanya yang panjang.
7. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).
8. Guru berperan sebagai fasilitator, motifator, dan
pembimbing.
9. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang
pembelajaran.
10. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan
pemecahan masalah.
11. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar